Kualitaspenduduk merupakan sifat umum kelompok manusia. Dalam hal ini, ukurannya bersifat nilai rata-rata, yakni jumlah keadaan/kejadian tertentu per sejumlah penduduk tertentu. Kualitas penduduk dapat dilihat dari sifat fisiknya, misalnya angka kematian kasar, angka kematian bayi, angka kesakita ataupun umum harapan hidup. Kualitaspenduduk pada suatu negara dapat diidentifikasi melalui faktor-faktor . pendapatan, pendidikan, dan kelahiran kelahiran, kesehatan, dan pendapatan pendidikan, pendapatan, dan kesehatan kematian, pendidikan, dan pendapatan pendapatan, kelahiran, dan kematian TD T. Dirgantara Master Teacher Jawaban terverifikasi Jawaban Indonesiaadalah salah satu negara yang tidak luput dari masalah kependudukan. Pertambahan penduduk yang cepat, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang rendah merupakan ciri-ciri masalah kependudukan di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang cepat (lebih dari 2%), akan mengakibatkan terjadinya struktur penduduk muda Pendidikan(2012) menginformasikan Medan adalah kota nomor 3 terbesar di Indonesia yang memiliki penduduk sangat majemuk karena banyaknya penduduk pendatang. Penduduk pendatang inilah yang banyak mewarnai bahasa dialek Medan. Perlu diketahui bahwa penduduk kota Medan dapat diidentifikasi menjadi penduduk penutur asli (Melayu) dan peduduk Sistemzonasi ini dikecualikan bagi SMK (pasal 17), sekolah Indonesia di luar negeri, sekolah berasrama, satuan pendidikan Kerja Sama, sekolah di daerah yang jumlah penduduk usia sekolah tak dapat Jumlahpenduduk Indonesia berdasarkan sensus tahun 1971 adalah 118.460.000 uasaha yang dijalankan pemerintah untuk meratakan jumlah penduduk Indonesia adalah dengan pemindahan penduduk atau yang disebut tranmigrasi. Sebagian penduduk dari daerah yang padat penduduknnya, dipindahkan kedaerah yang masih kosong atau kurang penduduknnya. HBmEX5H. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. ADA APA DENGAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA?Oleh Januar Singgih AbdullahPendidikan sudah menjadi hal pokok bagi manusia. Pendidikan merupakan salah satu bentuk usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga di masa depan manusia akan menjadi lebih baik. Setiap manusia tidak akan terlepas dari pendidikan hingga ajal menjemput, setiap manusia akan belajar, belajar dan terus belajar. Di Indonesia sendiri, pendidikan adalah hal yang sangat penting dan diperhatikan oleh pemerintah. Buktinya pemerintah mengadakan program wajib belajar selama 9 tahun dan pada agustus 2022 pemerintah mengajukan RUU Sisdiknas dengan wajib belajar selama 13 tahun. Tujuan pendidikan di Indonesia tentu saja berpatokan pada tujuan Negara Indonesia itu sendiri yang tertera di pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, dengan kepedulian pemerintah akan pendidikan, apakah kualitas pendidikan di Indonesia sudah baik? Walau sudah tertera sangat jelas tujuan Negara Indonesia di pembukaan UUD 1945 bahkan hal itu sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia, nyatanya kualitas pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih rendah. Dilihat dari data World Population Review pada tahun 2022, rata-rata IQ penduduk di Indonesia yaitu 78,49. Hal itu membuat indonesia berada pada peringkat 130 dari 199 negara yang diuji. Skor IQ sangat tergantung pada kualitas pendidikan kualitas pendidikan Indonesia diperkuat lagi dengan adanya kasus kasus kenakalan remaja. Bahkan anak SD saja juga ada yang melakukan hal hal yang tak pantas dilakukan. Dari data pada tahun 2007, tercatat 3145 remaja usia 18 tahun kebawah menjadi pelaku kenakalan dan juga tindak kriminal, lalu pada tahun 2008 dan 2009 meningkat menjadi 3280 hingga 4123 remaja. Pada 2013 angka kenakalan remaja di Indonesia menyentuh 6325 kasus, 147 yaitu kasus tawuran antar pelajar, sedangkan pada tahun 2014 jumlahnya hingga 7007 kasus, 255 kasus tawuran antar pelajar dan pada tahun 2015 menyentuh angka 7762 kasus. Artinya pada tahun 2013 hingga tahun 2014 kasus kenakalan remaja mengalami kenaikan sebesar 10,7%.Tren positif di pendidikan Indonesia dapat dilihat dari antusiasme masyarakat Indonesia untuk menempuh pendidikan dasar, angka partisipasi pada pendidikan dasar terus meningkat. Jumlah anak Indonesia yang mendapatkan akses pendidikan dasar dan menengah juga terus meningkat sejak zaman kemerdekaan. Hal tersebut selaras dengan adanya peningkatan jumlah institusi pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, antusiasme masyarakat Indonesia dalam mendapatkan pendidikan juga dapat dilihat dari ketatnya seleksi untuk masuk perguruan tinggi. Dilansir dari Databoks, LTMPT mencatat terdapat peserta yang mendaftar Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN pada tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat sekitar 3,09% dibanding tahun 2021 yang hanya berjumlah peserta. Dilansir dari Goodstats, Ketua LTMPT Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, menyebut jumlah peserta SBMPTN tahun 2022 menembus nyata tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan cukup tinggi. Namun, apakah kesadaran masyarakat tersebut dibarengi dengan kualitas pendidikan yang baik? Dilansir dari paper "Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia" oleh Anies R. Baswedan, PhD, 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan pendidikan data tersebut dari pemetaan oleh Kemdikbud terhadap sekolah pada tahun 2012. hasil ujian standar kompetensi guru yang tidak sesuai diharapkan dan rendahnya peringkat mutu pendidikan Indonesia di dunia menjadi bukti kualitas pendidikan di Indonesia masih buruk. Buruknya kualitas pendidikan di Indonesia tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi. Dari segi sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata layak terutama sekolah di desa desa yang jauh dari perkotaan. Masih banyak gedung sekolah yang tidak layak atau rusak bahkan sampai rawan roboh, hal tersebut tentu sangat mengganggu kenyamanan siswa maupun guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, fasilitas sekolah yang kurang lengkap seperti tidak adanya perpustakaan tentu akan mengurangi referensi atau sumber belajar siswa. Media belajar yang masih minim dan penggunaan teknologi informasi yang kurang memadai juga menjadi permasalahan sekolah sekolah yang jauh dari pusat kota. Hal hal tersebut tentu akan sangat mempengaruhi kualitas pendidikan Indonesia. Maka dari itu, sangat perlu bagi bangsa Indonesia khususnya pemerintah untuk memperbaiki sarana dan prasarana sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan kualitas pendidikan di Indonesia guru di Indonesia juga salah satu faktor penting akan kualitas pendidikan di Indonesia. Kualitas guru di Indonesia dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Masih banyak guru yang kurang profesional dalam menjalankan tugasnya. Kenyataannya banyak guru yang masih belum optimal dalam menjalankan tugasnya, misalnya guru terlambat hadir di kelas, kebanyakan bercerita tidak menjelaskan materi, kurang memahami karakteristik siswanya, kurang memahami konsep materi yang diajarkan bahkan ada guru yang masuk kelas hanya memberikan tugas lalu pergi. Namun, di balik kualitas guru yang buruk ini ada faktor kesejahteraan guru yang di Indonesia terlalu banyak diberi beban dan gaji yang tidak seberapa terutama guru honorer. Guru di Indonesia selain diberi kewajiban untuk mengajar juga diberi tugas tugas administratif, misalnya disuruh bikin RPP dan kebutuhan administratif lain yang cukup rumit. Selain itu, guru di Indonesia juga diberi tanggung jawab lebih untuk memegang jabatan di sekolah contohnya disuruh menjadi pembina osis dan lainnya. Dari hal tersebut tentu saja akan mengganggu tugas utama guru yaitu mengajar sehingga proses pembelajaran akan terganggu dan kualitas pendidikan akan menurun. 1 2 3 Lihat Pendidikan Selengkapnya - Persoalan sumber daya manusia semakin menjadi perhatian utama bagi perusahaan dan negara. Kualitas dan talenta yang dimiliki tiap individu kian dipandang sebagai kunci pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan mana saja yang telah mempersiapkan dan menetapkan langkah dalam meningkatkan daya saing, talenta, dan kualitas sumber daya manusia? Bagaimana mengukur daya saing tersebut? Lemahnya Daya Saing Indonesia Global Talent Competitiveness Index GTCI PDF adalah pemeringkatan daya saing negara berdasarkan kemampuan atau talenta sumber daya manusia yang dimiliki negara tersebut. Beberapa indikator penilaian indeks ini adalah pendapatan per kapita, pendidikan, infrastruktur teknologi komputer informasi, gender, lingkungan, tingkat toleransi, hingga stabilitas ASEAN, Singapura menempati peringkat pertama dengan skor 77,27. Peringkat berikutnya disusul oleh Malaysia 58,62, Brunei Darussalam 49,91, dan Filipina 40,94. Sementara itu, Indonesia ada di posisi ke enam dengan skor sebesar 38,61. undefinedLaporan yang dirilis oleh INSEAS ini menyusun pemeringkatan dengan penekanan penting pada pendidikan. Beberapa aspek pendidikan yang menjadi ukuran di antaranya pendidikan formal, vokasi, literasi baca-tulis-hitung, peringkat internasional universitas, jurnal ilmiah, mahasiswa internasional, relevansi pendidikan dengan dunia bisnis, jumlah lulusan teknisi dan peneliti, jumlah hasil riset, dan jurnal skor Indonesia dan negara ASEAN lainnya, adakah korelasi antara talenta dengan pendidikan di negara tersebut?Kondisi Pendidikan Indonesia Berdasarkan Education Index yang dikeluarkan oleh Human Development Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di ASEAN dengan skor 0,622. Skor tertinggi diraih Singapura, yaitu sebesar 0,832. Peringkat kedua ditempati oleh Malaysia 0,719 dan disusul oleh Brunei Darussalam 0,704. Pada posisi keempat ada Thailand dan Filipina, keduanya sama-sama memiliki skor 0,661. undefinedAngka tersebut dihitung menggunakan Mean Years of Schooling dan Expected Year of Schooling. Lalu, bagaimana rata-rata lama sekolah negara-negara di Aseab? Rata-Rata Penduduk Indonesia Bersekolah Hingga SMP Data menunjukkan Singapura memiliki rerata lama sekolah paling lama dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu 11,5 tahun. Negara berikutnya adalah Malaysia dengan rata-rata lama sekolah sebesar 10,2 tahun. Selain itu, Filipina memiliki rerata lama sekolah sebesar 9,3 itu, Indonesia, rata-rata lama sekolahnya adalah 8 tahun. Di bawah Indonesia adalah Thailand 7,6 tahun, Laos 5,2 tahun, Myanmar 4,9 tahun, dan Kamboja 4,8 tahun. undefinedJika melihat kembali data GTCI di atas, ada korelasi antara lama sekolah yang ditempuh penduduk dengan kualitas talenta sumber daya negara tersebut. Bila diperhatikan, Singapura, Malaysia, Brunei, dan Filipina berulang kali menempati lima posisi teratas di hal ini, Indonesia bahkan masih tertinggal dari Malaysia dan Filipina. Meski demikian, ada peningkatan rata-rata lama sekolah di Indonesia dari tahun ke tahun. Rata-rata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah, semakin lama/tinggi jenjang pendidikan yang dari Statistik Pendidikan, pada 2015 misalnya, rerata lama sekolahnya adalah 8,32 tahun. Rerata tersebut naik pada 2016 menjadi 8,42 dan naik kembali pada 2017, yaitu 8,5 tahun. Pada 2018, rerata lama ekolah di Indonesia mencapai 8,58 tahun atau setara dengan kelas 2 SMP/ angka rata-rata lama sekolah pada 2018 belum memenuhi target Renstra Kemendikbud sebesar 8,7 tahun. Selain itu, target RPJMN tahun 2019 pun tak terpenuhi rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas sebesar 8,8 dilihat berdasarkan provinsi, DKI Jakarta menempati peringkat tertinggi dengan rata-rata lama sekolah 11,06 tahun, disusul Kepulauan Riau 10,01 tahun, dan Maluku 9,78 tahun. Sementara itu, provinsi dengan peringkat rata-rata lama sekolah paling rendah adalah Papua 6,66 tahun, Kalimantan Barat 7,65 tahun, dan NTB 7,69 tahun. undefinedUntuk mereka yang tamat SD, diperhitungkan lama sekolahnya 6 tahun, tamat SMP diperhitungkan lama sekolah selama 9 tahun, tamat SMA diperhitungkan lama sekolah selama 12 tahun, tanpa memperhitungkan apakah pernah tinggal kelas atau itu, antara wilayah desa dan kota pun juga ada ketimpangan. Capaian rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan. Penduduk perkotaan rata-rata telah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun, sementara penduduk perdesaan rata-rata hanya bersekolah sampai kelas 7 SMP/sederajat kurang lebih 7 tahun.Ketimpangan yang tinggi terjadi pada kelompok disabilitas. Selisih rata-rata lama sekolah antara para penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas mencapai sekitar 4 tahun. Dari sumber yang sama, diketahui bahwa mereka yang bukan penyandang disabilitas bisa bersekolah hingga kelas 8 SMP/sederajat, sedangkan penyandang disabilitas hanya mampu bersekolah sampai kelas 4 SD/sederajat saja. Artinya, sistem pendidikan kita belum inklusif dan akses pendidikan masih sangat terbatas. Indonesia berada di urutan 67 dari 125 negara di dunia dalam peringkat GTCI 2019. Sumber daya manusia penting untuk menjadi prioritas pemerintah. Bisa dibilang bahwa daya saing SDM di Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan negara satu cara meningkatkan daya saing adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Apalagi anggaran pendidikan Indonesia tergolong tinggi dan trennya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2014, misalnya, anggaran pendidikan mencapai Rp375,4 triliun dan naik menjadi Rp492,5 triliun pada 2019 atau 20 persen dari Belanja APBN. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan tahun 2019, beberapa di antaranya untuk Program Indonesia Pintar, Bantuan Operasional Sekolah, pembangunan/rehabilitasi fasilitas pendidikan, dan beasiswa bidik misi. Bila Indonesia mau SDM-nya siap dalam menghadapi usia produktif, implementasi dan pemantauan dari alokasi dana pendidikan ini sangat penting untuk jadi perhatian pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. - Pendidikan Penulis Scholastica GerintyaEditor Maulida Sri Handayani Survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment PISA, pada Selasa 3/12 di Paris, menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Data ini menjadikan Indonesia bercokol di peringkat enam terbawah, masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Survei PISA merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia, yang menilai kemampuan membaca, matematika dan sains. Mengapa kualitas pendidikan Indonesia begitu buruk? Kompetensi guru dan sistem yang membelenggu Menurut pengamat pendidikan Budi Trikorayanto, setidaknya ada tiga masalah yang masih membelenggu pendidikan Indonesia 1. Kualitas pengajar Kompetensi guru di Indonesia masih berada di tingkat yang sangat rendah. Padahal Budi menilai, untuk menghasilkan murid-murid cerdas diperlukan sumber-sumber pengajar yang kompeten. “Nomor satu sebenarnya faktor yang bisa membuat anak pintar atau tidak adalah guru. Jadi memang kompetensi guru kita sangat rendah, bisa dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru UKG itu nilainya di bawah 5 rata-rata,” ujar Budi. 2. Sistem pendidikan yang membelenggu Di era pendidikan seharusnya guru tidak lagi menjadi narasumber’ utama dalam sistem pembelajaran, melainkan sebagai pendamping, penyemangat dan fasilitator. Artinya, bila sistem pendidikan ingin berhasil, maka anak-anak murid kini harus diedukasi untuk menjadi lebih aktif. “Jadi kita masih menganut pendidikan massal, sekolah masih pabrik’ , itu kan edukasi Kita sudah di edukasi yang sudah zamannya artificial intelligence AI bukan lagi pabrik,” ujarnya kepada DW Indonesia. Budi mengharapkan anak-anak lebih diedukasi untuk aktif belajar dan mencari tahu sesuatu dari sumber-sumber lain di luar sekolah, misalnya lewat situs-situs yang terverifikasi dan memiliki kredibilitas di internet. Terlebih setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda. Mereka akan menjadi lebih cerdas bila mempelajari suatu hal yang berkenaan dengan minat dan bakatnya. 3. Lembaga pendidikan perlu pembenahan Budi menekankan perlunya meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang mencetak guru-guru berkualitas di masa depan. Ia mencontohkan salah satunya yakni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP. “Kampus-kampus IKIP, yang model pengajarannya seperti itu membuat guru menjadi kurang punya ide kreativitas dan kurang eksplor dengan akademisnya. Sehingga setiap tahun ketika ada Uji Kompetensi Guru UKG mereka hasilnya selalu rendah,” sebutnya. Baca juga Pengamat Penghapusan Ujian Nasional Berikan Keadilan Pendidikan Bagi Siswa Belajar dari negara tetangga Hasil penelitian PISA menyebutkan bahwa Indonesia mendapatkan angka 371 untuk kategori membaca, 379 untuk matematika dan 396 untuk ilmu pengetahuan sains. Indonesia tertinggal dari Malaysia yang berada di peringkat ke-56, dengan mendapat nilai 415 untuk membaca, 440 untuk matematika dan 438 untuk sains. Sementara, Singapura menempati peringkat nomor dua teratas, karena mempunyai sistem pendidikan yang matang. “Di Singapura penghargaan untuk guru sangat tinggi dan persyaratan untuk menjadi guru juga tidak sembarangan. Jadi kalau tidak pintar banget, tidak bisa menjadi guru. Kalau ogah-ogahan belajar, susah jadi guru. Tapi mereka juga dapat imbal jasa yang sangat memuaskan,” katanya. Budi kembali menegaskan bahwa sejumlah permasalah yang dihadapi Indonesia, seperti kesejahteraan guru, pada akhirnya bermuara kepada kompetensi seorang pengajar atau guru itu sendiri. “Singapura memang menekankan kerja keras. Jadi bukan mengurangi jam belajar, kalau saya lihat. Kalau kita kan menekankan pada iman dan taqwa, serta anak berbahagia, itu repot juga. Belajar itu sesuatu yang serius dan perlu disiplin bukan supaya sekedar anak terlihat bahagia, anak beriman dan bertaqwa,” jelasnya. Tinggalkan sistem pendidikan kuno Budi menambahkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih terlalu kuno atau ia sebut feodalistik’, sehingga kurang menghargai kebebasan berpikir. Budi menambahkan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Nadiem Makarim harus berani menyederhanakan kurikulum, serta mengurangi aturan-aturan dan belenggu untuk menciptakan kebebasan pendidikan. “Jadi yang feodalistik itu mesti dihilangkan mesti ada kesetaraan musti ada open source. Saya kira Nadiem, dia lima tahun ini memulai dan tidak akan bisa di stop lagi, dia sudah buka pintu gerbangnya dan harus dilaksanakan,” paparnya. Sejak dilantik menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud, Nadiem Makarim memang hadir dengan usulan-usulan baru untuk memajukan pendidikan Indonesia, seperti menciptakan pendidikan berbasis kompetensi dan karakter. Usulannya kini tengah dalam tahap pengkajian di Kemendikbud. "Peran teknologi akan sangat besar dalam semuanya, kualitas, efisiensi dan administrasi sistem pendidikan sebesar ini ya," pungkas Nadiem, seperti dilansir dari Tirto. Ia juga menanggapi hasil survei PISA tidak boleh dikesampiingkan. Justu survei ini menjadi acuan memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia selama lima tahun ke depan. "Hasil penilaian PISA menjadi masukan yang berharga untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang akan menjadi fokus Pemerintah selama lima tahun ke depan. Menekankan pentingnya kompetensi guna meningkatkan kualitas untuk menghadapi tantangan Abad 21," kata Nadiem dalam keterangannya, Selasa 3/12/2019, seperti dilansir dari detikcom. Kecenderungan zaman telah berubah ke arah yang lebih digital. Indonesia perlu segera berbenah dan menyongsong target pendidikan untuk menciptakan manusia-manusia yang cerdas dan berbudi pekerti baik. pkp/hp - Jelaskan kualitas penduduk Indonesia Artikel ini adalah bagian dari Laman Edukasi yang disediakan untuk jawaban berbagai pertanyaan populer. Kali ini pertanyaan yang akan dijawab adalah menjelaskan kualitas penduduk Indonesia Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan menurunnya kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduk. Melansir masalah kualitas kependudukan Indonesia adalah masalah dalam kemampuan sumber daya manusianya. Baca juga Apa Pula Persamaannya? Simak Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 5 Halaman 1 Baca juga Apa Saja Makhluk Hidup yang Ada pada Gambar di Atas? Simak Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 5 Halaman 1 Di Indonesia, masalah kualitas penduduk dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesejahteraan dan dapat berpengaruh pada pendapatan per kapita masyarakat tersebut. Rendahnya pendapatan perkapita menyebabkan orang tua tidak mampu menyekolahkan anaknya. Banyak anak yang putus sekolah atau berhenti sekolah sebelum tamat. Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan penduduk melalui berbagai program pemerintah di bidang pendidikan, seperti program beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah BOS, program wajib belajar, dan sebagainya. Walaupun demikian, karena banyaknya hambatan yang dialami, maka hingga saat ini tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Selain itu, tingkat kesehatan juga merupakan salah satu penentu dari kualitas penduduk. Tingkat kesehatan penduduk merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pembangunan. Tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka kematian bayi dan usia harapan hidup penduduknya. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. loading... Novianty ElizabethPengamat Pendidikan, Pendiri Sekolah Putra Pertiwi, Dosen Universitas Jayabaya PEMBANGUNAN di bidang pendidikan merupakan suatu proses yang memegang peranan sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan upaya yang bisa mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Menyadari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas lewat pengembangan dan perbaikan kurikulum, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Indonesia selalu menempatkan pembangunan di sektor pendidikan pada skala prioritas. Ini dibuktikan dengan pemerintah telah mengalokasikan anggaran pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menduduki peringkat pertama dari semua kementerian dan lembaga non-departemen. Alokasi anggaran pendidikan tetap dipertahankan pada 20% dari total anggaran pendapatan belanja negara. Alokasi anggaran yang besar itu diprioritaskan untuk meningkatkan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan pendidikan di seluruh Indonesia. Pemerintah berharap anggaran pendidikan ini bisa membangun kemampuan dasar anak-anak Indonesia mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan dasar. Terutama dalam kemampuan literasi, matematika, dan sains. Sebuah harapan yang merupakan indikasi di mana Pemerintah Indonesia bersungguh-sungguh ingin meningkatkan posisi pendidikan Indonesia di dunia internasional pada masa ke depan, berkaca dari hasil survei yang diadakan bulan Desember 2019 tergambar kemampuan pelajar pada satu negara. Survei yang dirilis Programme for International Student Assessment PISA sebagai standar internasional pendidikan di Indonesia. PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development OECD guna mengevaluasi sistem pendidikan di seluruh dunia pada akhir tahun 2019 di Paris, menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Survei ini juga digunakan Indonesia dalam menentukan standar pendidikan internasional. Survei PISA merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia, yang menilai kemampuan pelajar dalam bidang literasi, matematika dan sains. Data ini menjadikan Indonesia berada di peringkat enam terbawah, masih di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Secara keseluruhan terlihat indeks pembangunan manusia di Indonesia mengalami peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia tahun 2019 mencapai 71,92. Angka ini meningkat sebesar 0,74% dibandingkan dengan tahun 2018. Sementara dari sisi pendidikan, penduduk Indonesia yang berusia 25 tahun ke atas rata-rata menempuh 8,17 tahun masa sekolah atau telah menyelesaikan kelas VIII. Selain itu, rata-rata anak usia 7 tahun yang mulai bersekolah diperkirakan bisa mengenyam pendidikan hingga 12,91 tahun setara dengan kelas XII atau tamat SMA. Sejak 2011, rata-rata pertumbuhan angka harapan sekolah tumbuh di atas 1%. Pada 2018, angkanya melambat menjadi 0,47%. Kondisi tersebut menunjukkan masih ada problem pada sektor pendidikan di Indonesia. Tertinggalnya kualitas pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia merupakan tantangan terbesar yang harus diselesaikan pemerintah saat ini. Melalui Mendikbud sebagai nakhoda pendidikan di Indonesia sudah waktunya mencari terobosan baru untuk mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan ditentukan juga oleh kualitas pendidik/guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, baik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal maupun pendidikan dasar dan menengah. Permendikbud Nomor 16/2007 menyatakan bahwa kompetensi guru sebagaimana meliputi kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus bisa ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan, dan sikap guru dalam melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan. Untuk mengukur kompetensi pedagogi, pemerintah telah menggulirkan Uji Kompetensi Guru UKG sejak 2012. UKG adalah sebuah kegiatan ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi dan kompetensi pedagogi. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik dan sesuai dengan kualifikasi akademik bagi guru yang belum bersertifikat pendidik. Hasil pengukuran kompetensi ini merupakan gambar kualitas guru di Indonesia. Hasil profesionalisme guru bisa terlihat juga pada hasil UKG, kompetensi yang diukur adalah kompetensi profesional dan pedagogi. Sedangkan kompetensi sosial dan kepribadian tidak diujikan secara menyeluruh. Begitu pun hasil UKG dari tahun ke tahun masih mengecewakan, karena rata-rata pendidik masih mendapat nilai di bawah standar dari standar yang ditetapkan pemerintah. Kondisi ini sungguh memprihatinkan mengingat peran guru dalam membangun mutu sumber daya manusia sangat strategis. UKG bisa menggambarkan kompetensi guru, khususnya kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional sesuai dengan standar yang ditetapkan. Walau masih jauh dari harapan, tapi setidaknya pemerintah melalui Kemendikbud mendapatkan peta kompetensi guru yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dan memetakan kebijakan yang akan diambil untuk menaikkan kualitas pendidik. Seperti jenis pendidikan dan pelatihan apa yang harus diikuti guru pada program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Terlepas dari kritik tentang pelaksanaan UKG yang masih berantakan dan kelemahan alat ukur UKG, realitanya nilai kompetensi guru secara nasional kategorinya belum lulus. Harus kita akui bahwa ada guru-guru yang kompeten dan lulus UKG, namun jauh lebih dominan adalah para guru yang tidak kompeten. Karena itu, dapat dikatakan UKG yang dilakukan mulai dari tahun 2012 sampai saat ini belum mendapat hasil yang diharapkan pemerintah. Selain Uji Kompetensi Guru, ada juga Penilaian Kinerja Guru yang dilaksanakan untuk mewujudkan guru profesional. Pemerintah ingin membantu para pendidik dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini akan memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan sekaligus membantu pengembangan karier guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka dilaksanakanlah penilaian kinerja guru. Penilaian yang dilakukan saat ini oleh pemerintah melalui Kemendikbud dan dinas pendidikan setempat semata hanya menitikberatkan pada kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional, sedangkan ranah kompetensi kepribadian dan sosial sering kali lepas dari penilaian. Padahal dalam pandangan saya, bukan kompetensi pedagogi dan profesional saja yang perlu dibina, diperhatikan, dan dijadikan tolok ukur keprofesionalan pendidik, tapi kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial pendidik yang berperan besar dalam mendidik anak bangsa. Dengan begitu, pentingnya dilakukan pembinaan karakter positif secara berkala dan holistik untuk para pendidik. Masih banyak pekerjaan besar pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru, mengingat geografi Indonesia yang luas dan jumlah pendidik sangat besar. Berbagai tantangan ini memang sudah dipikirkan pemerintah melalui departemen terkait. Berbagai program pun sudah diluncurkan dan saling terintegrasi, berproses dan berjalan sesuai dengan tujuan dan targetnya sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan bisa terus berproses menuju kualitas pendidikan yang ideal.ras

kualitas pendidikan penduduk indonesia dapat diidentifikasi dari